Tinggalkan Komentar Anda


Saturday, August 22, 2015

Budaya Masyarakat Seram Selatan



Kita tahu bahwa Adat merupakan kebiasaan-kebiasaan yang berlangsung lama bahkan turun-temurun diwariskan dari generasi kegenerasi sehingga membentuk norma-norma dalam masyarakat yang mengatur perilaku dari warga masyarakat di suatu daerah. Dalam adat istiadat terkandung serangkaian nilai yang dipelihara dan dijaga keluhurannya sehingga menjadi pandangan hidup dan tumbuh menjadi keyakinan dalam masyarakat kita di Seram Selatan Khususnya di Kecamatan Tehoru dan Teluti yang berfungsi sebagai pedoman dalam bersikap dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Apa sih Kebudayaan Yang Hidup Di Seram Selatan


Kalau kita perhatikan pola kebudayaan masyarakat Seram selatan khususnya di Dua Kecamatan ini yakni Tehoru dan teluti yang dari dulu sampai sekarang masih terpelihara sampai sekarang, kalau penulis ceritakan semua bisa-bisa 1001 malam baru selesai menulis artikel ini. Jadi saya ambil garis-garis besarnya saja.
Pola kehidupan masyarakat desa sangat intim antara individu dengan individu yang lain. Seperti ketika sebuah keluarga tertimpa musibah, misalnya salah satu keluarganya meninggal dunia. Maka tanpa adanya sosialisasi pun mereka dengan sendirinya ikut merasakan kesedihan keluarga tersebut atau ikut simpati. Bukti konkrit dari hal tersebut adalah dengan adanya tahlilan pada hari ketiga setelah meninggalnya salah satu keluarga, kemudian tahlilan hari ketujuh, dan tahlilan hari ke empat puluh.

Hal demikian merupakan wujud kepedulian masyarakat desa yang begitu tinggi dengan sesamanya. Sampai sekarang fenomena tersebut masih berlaku di Setiap desa yang ada di Kecamatan Tehoru maupun dikecamatan Teluti. Oh ya Tidak hanya rasa simpati yang ditunjukkan masyarakat desa, namun gotongroyong dalam pembangunan rumah sebuah keluarga, masyarakat yang lain tanpa dimintai pertolongan mereka akan membantu dengan ikhlas. Contoh lain juga dalam hal gontongroyong misalnya kerja sisi kelapa, kerja bakti yang diadakan oleh kampung, hajatan si kecil khitanan dan pernikahan yang dimana masyarakat berbondong-bondong mendirikan sabua (tenda)sampai dengan dekorasi ruangan, bagi ibu-ibu dan para gadis membantu menyediakan hidangan untuk disantap hari H dan malamnya ditutup dengan acara melantai bersama atau joget(kalau acara joget sih penulis biar tidak diundang datang sendiri bahkan yang paling duluan datangnya,,hehehe) serta masih banyak lagi contoh yang belum sempat penulis utarakan.
Prinsip Kepedulian inilah yang membuat hubungan sosial pada masyarakat di pedesaan menjadi terjaga sehingga mempersatukan masyarakat punya hubungan silaturahmi dan menumbuhkan rasa kepedulian terhadap sesama semakin erat tiap generasi karena rasa sodaritas yang tinggi dalam kehidupan masyarakat terhadap sesama.




Sumber:
1. Opini Penulis
 
Lokasi: Teluk Ambon, Kota Ambon, Maluku, Indonesia

0 komentar:

Post a Comment