Kita tahu
bahwa Adat merupakan kebiasaan-kebiasaan yang berlangsung lama bahkan
turun-temurun diwariskan dari generasi kegenerasi sehingga membentuk
norma-norma dalam masyarakat yang mengatur perilaku dari warga masyarakat di
suatu daerah. Dalam adat istiadat terkandung serangkaian nilai yang dipelihara
dan dijaga keluhurannya sehingga menjadi pandangan hidup dan tumbuh menjadi
keyakinan dalam masyarakat kita di Seram Selatan Khususnya di Kecamatan Tehoru
dan Teluti yang berfungsi sebagai pedoman dalam bersikap dan berperilaku dalam
kehidupan sehari-hari.
Apa sih Kebudayaan Yang Hidup Di Seram Selatan
Kalau kita perhatikan pola kebudayaan masyarakat Seram
selatan khususnya di Dua Kecamatan ini yakni Tehoru dan teluti yang dari dulu
sampai sekarang masih terpelihara sampai sekarang, kalau penulis ceritakan
semua bisa-bisa 1001 malam baru selesai menulis artikel ini. Jadi saya ambil
garis-garis besarnya saja.
Pola kehidupan masyarakat desa sangat intim antara
individu dengan individu yang lain. Seperti ketika sebuah keluarga tertimpa
musibah, misalnya salah satu keluarganya meninggal dunia. Maka tanpa adanya
sosialisasi pun mereka dengan sendirinya ikut merasakan kesedihan keluarga
tersebut atau ikut simpati. Bukti konkrit dari hal tersebut adalah dengan
adanya tahlilan pada hari ketiga setelah meninggalnya salah satu keluarga,
kemudian tahlilan hari ketujuh, dan tahlilan hari ke empat puluh.
Hal demikian merupakan wujud kepedulian masyarakat
desa yang begitu tinggi dengan sesamanya. Sampai sekarang fenomena tersebut
masih berlaku di Setiap desa yang ada di Kecamatan Tehoru maupun dikecamatan
Teluti. Oh ya Tidak hanya rasa simpati yang ditunjukkan masyarakat desa, namun
gotongroyong dalam pembangunan rumah sebuah keluarga, masyarakat yang lain
tanpa dimintai pertolongan mereka akan membantu dengan ikhlas. Contoh lain juga
dalam hal gontongroyong misalnya kerja sisi kelapa, kerja bakti yang diadakan
oleh kampung, hajatan si kecil khitanan dan pernikahan yang dimana masyarakat
berbondong-bondong mendirikan sabua (tenda)sampai dengan dekorasi ruangan, bagi
ibu-ibu dan para gadis membantu menyediakan hidangan untuk disantap hari H dan
malamnya ditutup dengan acara melantai bersama atau joget(kalau acara joget sih
penulis biar tidak diundang datang sendiri bahkan yang paling duluan
datangnya,,hehehe) serta masih banyak lagi contoh yang belum sempat penulis
utarakan.
Prinsip Kepedulian inilah yang membuat hubungan sosial
pada masyarakat di pedesaan menjadi terjaga sehingga mempersatukan masyarakat
punya hubungan silaturahmi dan menumbuhkan rasa kepedulian terhadap sesama semakin
erat tiap generasi karena rasa sodaritas yang tinggi dalam kehidupan masyarakat
terhadap sesama.
Sumber:
1. Opini Penulis
0 komentar:
Post a Comment